Saling Belajar dan Berbagi

Edisi jalan - jalan

jalan - Jalan Bersama Sahabat SMK Di Baturaden

Perkuliahan

Salah Satu Diskusi Perkuliahan IAIN Ponorogo

Kajian Rutin

Kajian Rutin Epistemologi "LSIS" bersama sahabat DTNP IAIN Ponorogo

SMK ISS

Kegiatan KBM di SMK ISS Jatipurno

Kenangan Wisuda

Wisuda Pasca Sarjana UNUS 2013

Tuesday 5 June 2012

Sekilas Aswaja


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam catatan sejarah, umat Islam dari abad permulaan hingga sekarang telah muncul banyak golongan yang i’tiqad dan fahamnya berbeda-beda bahkan bertentangan secara tajam antara satu dengan yang lain. Hal ini telah menjadi fakta yang tidak dapat di bantah lagi, karena hal yang serupa itu sudah terjadi pula pada periode atau zaman Rasulullah dan periode setelah beliau wafat. Tidak menutup kemungkinan Tuhan menjadikan semua itu sesuai dengan hikmah-hikmah yang hanya Allah  yang mengetahui. Golongan-golongan tersebut diantaranya yaitu, Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, Qadiriyyah, Jabariyyah, wahabiyah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Sunny) yaitu firqah jumhur umat Islam yang banyak di dunia ini[1].
Banyaknya golongan yang muncul dipicu dengan adanya kepentingan masing-masing golongan yang tidak sepaham dengan golongan lain. Sehingga ada usaha untuk saling menyalahkan, bahkan yang lebih ekstrim lagi saling mengkafirkan antara golongan satu dengan golongan lain. Perbedaan paham antar golongan sangatlah sulit untuk dipersatukan. Hal ini sudah menjadi fakta sejarah yang sulit untuk  bisa diubah lagi, dan sudah menjadi salah satu khasanah keilmuan dalam agama. Sehingga tidak lagi heran melihat dan mencermati hal ini, karena nabi Muhammad SAW sendiri telah mengabarkan pada masa hidup beliau dalam hadistnya yang berbunyi :
افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة وافترقت النّصارى ثنتين وسبعين فرقة وإنّ امّتي ستفترق على ثلاث وثبعين فرقة كلّها فى النّار إلّاواحدة وهي الجما عة
     “Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”[2].  
Permasalahannya siapa, dan bagaimana orang yang berada pada apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya (aljama’ah), sebagaimana hadist Nabi tersebut karena pada saat ini semua golongan entah itu paham Ke Islaman, Organisasi keagamaan dan Paham – paham yang muncul, mengaku dirinyalah ahlusunnah dan yang paling benar dari yang lainnya sehingga tidak jarang memunculkan berbagai perpecahan dalam Islam karena  perbedaan cara beribadah, cara berpakaian dan sebagainya sehingga hal ini secara tidak langsung akan mengurangi persatuan dan kesatuan umat Islam itu sendiri.
       Padahal Kalau kita mempelajari Ahlussunnah dengan sebenarnya, batasan seperti itu nampak begitu simple dan sederhana, karena pengertian tersebut menciptakan definisi yang sangat eksklusif Untuk mengkaji secara mendalam, terlebih dahulu harus kita tekankan bahwa Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) sesungguhnya bukanlah madzhab, Aswaja hanyalah sebuah manhaj Al fikr (cara berpikir) tertentu yang digariskan oleh para sahabat dan muridnya, yaitu generasi tabi’in yang memiliki intelektualitas tinggi dan relatif netral dalam mensikapi situasi politik ketika itu. Meski demikian, bukan berarti dalam kedudukannya sebagai Manhaj Al fikr sekalipun merupakan produk yang bersih dari realitas sosio-kultural maupun sosio politik yang melingkupinya.
       Terlepas dari apakah Ahlussunah Waljama’ah itu sebuah Organisasi, Sebuah madzhab, organisasi Politik atau yang lainnya sedangkan kalau di Indonesia terlepas dari NU, Muhammadiyah, Ahmadiyah dan lain sebagainya pada makalah kali ini penulis akan mencoba memahami Ahlussunnah Waljama’ah dalam persepektif historis dan Akidah

B.  Rumusan Masalah
Setelah memperhatikan permasahan di atas agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana latar belakang munculnya  faham ahlu sunnah waljama’ah ?
2.      Bagaimana konsep dasar  aqidah ahlu sunnah waljama’ah ?


BAB II
AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

A.      Latar Belakang munculnya faham Ahlus sunnah waljama’ah
Sebelum membahas lebih jauh tentang paham ASWAJA  terlebih dahulu penulis jelaskan tentang pengertian faham Ahlus sunnah waljama’ah.  ASWAJA  adalah kepanjangan kata dari “ Ahlussunnah waljamaah”, Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan  waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat ( maa ana alaihi wa ashhabi ), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf”.  Para ulama besar ahli hadist, fiqih, aqidah dan tasawuf berpendapat bahwa ahlus sunnah waljama’ah adalah golongan umat Islam yang selalu berpegang teguh pada kitab Allah (Al – Qur’an) dan sunah Rasul (Al – Hadist) serta para sahabat Nabi SAW. [3]
Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin, bahkan tidak dikenal di zaman pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 – 750 M. ). Istilah ini untuk pertama kalinya di pakai pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Manshur (137-159H./754-775M) dan khalifah Harun Al-Rasyid (170-194H/785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-1258). Istilah ahlussunnah waljamaah semakin tampak ke permukaan pada zaman pemerintahan khalifah al-Ma’mun (198-218H/813-833M).
Pada zamannya, al-Ma’mun menjadikan Muktazilah ( aliran yang mendasarkan ajaran Islam pada al-Qur’an dan akal) sebagai madzhab resmi negara, dan ia memaksa para pejabat dan tokoh-tokoh agama agar mengikuti faham ini, terutama yang berkaitan denga kemakhlukan al-qur’an. untuk itu, ia melakukan mihnah (inquisition), yaitu ujian akidah  terhadap para pejabat dan ulama. Materi pokok yang di ujikan adalah masalah al-quran. Bagi muktazilah,  al-quran adalah makhluk (diciptakan oleh Allah SWT), tidak qadim (  ada sejak awal dari segala permulaan), sebab tidak ada yang qadim selain Allah SWT. Orang yang berpendapat bahwa al-quran itu qadim berarti syirik dan syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni. Untuk membebaskan manusia dari syirik,  al-Ma’mun melakukan mihnah. Ada beberapa ulama yang terkena mihnah dari al-Ma’mun, diantaranya, Imam Ahmad Ibn Hanbal ( 164-241H).
Penggunaan istilah ahlussunnah waljamaah semakin popular setelah munculnya Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324H/873-935M) dan Abu Manshur Al-Maturidi (w. 944 M), yang melahirkan aliran “Al-Asy’aryah dan Al-Maturidyah” di bidang teologi. Sebagai ‘perlawanan’ terhadap aliran muktazilah yang menjadi aliran resmi pemerintah waktu itu. Teori Asy’ariyah  lebih mendahulukan  naql ( teks qur’an hadits)  daripada aql ( penalaran rasional). Dengan demikian bila dikatakan ahlussunnah waljamaah pada waktu itu, maka yang dimaksudkan adalah penganut paham Asy’ariyah atau al-Maturidyah dibidang teologi. Dalam hubungan ini ahlussunnah waljamaah dibedakan dari Muktazilah, Qadariyah, Syiah, Khawarij,  dan aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah waljamaah atau disebut aliran sunni dibidang teologi kemudian juga berkembang dalam bidang lain yang menjadi ciri khas aliran ini, baik dibidang  fiqih dan tasawuf. sehingga menjadi istilah, jika disebut  akidah sunni  (ahlussunnah waljamaah) yang dimaksud adalah pengikut Asy’aryah dan Maturidyah. Atau Fiqh Sunni,  yaitu pengikut madzhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali). Yang menggunakan rujukan alqur’an, al-hadits, ijma’ dan qiyas. Atau juga   Tasawuf Sunni,  yang dimaksud adalah pengikut metode tasawuf Abu Qashim Abdul Karim al-Qusyairi, Imam Al-Hawi, Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi yang memadukan antara syari’at, hakikat dan makrifat [4].

B.         Konsep Dasar Aqidah faham Ahlus sunnah waljama’ah
Dalam agama Islam seakan melekat dan harus ada paling tidak tiga istilah yaitu Iman, Islam, dan Ihsan maka, faham Ahlus sunnah waljama’ah juga meliputi tiga bidang, yaitu :
1.    Aqidah Islamiyah yang meliputi persoalan yang harus diimani oleh setiap muslim
2.    Fiqih , yaitu hukum – hukum yang berkenaan dengan syari’at Islam
3.    Tasawuf, meliputi seluruh masalah tentang tata cara berakhlaq dan berbudi pekerti yang luhur menurut ajaran Islam
Sedangkan tokoh-tokoh dari ke-tiga unsur tersebut, golongan Ahlus sunnah waljama’ah  memiliki Imam masing-masing sesuai dengan bidangnya, antara lain:
a.    'Aqidah Islamiyah' mengikuti faham atau aliran yang dirumuskan oleh Imam Abu Hasan Al Asya'ari dan Iman Abu Mansur Al Maturidi dari aqidah-aqidah Islamiyah yang telah ada sebelumnya.
b.    Fiqih, mengikuti salah satu madzhab empat, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hambali
c.    Tasawwuf, mengikuti thariqat dari Imam Abul Qasim Al Junaidi Al Baghdadi
d.   Hadist, mengikuti Imam Bukhari, Muslim serta kawan-kawannya
I'itiqad Nabi dan para Shahabat itu telah termaktub dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasul secara terpencar-pencar, belum tersusun secara rapi dan teratur, tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan secara rapi oleh seorang ulama ushuluddin yang besar, yaitu Syeikh Abu Hasan Ali al Asy'ari (lahir di Basrah)  tahun 260 H. – wafat di Basrah juga pada tahun 324 H. dalam usia 64 tahun) [5].
Tokoh yang kedua yaitu Iman Abu Mansur Al Maturidi dengan nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Mahmud beliau adalah ulama ushuluddin juga, dan dianggap sebagai pembangun Madzhab As-sunnah WalJama'ah, yang faham I'itiqadnya sama atau hampir sama dengan Abu Hasan al Asy'ari. Beliau lahir di sebuah desa di Samarqand Maturidi dan wafat di Maturidi juga pada tahun 333 H. ada yang mengatakan terkemudian 9 tahun ada juga yang mengatakan 10 tahun dari Imam Abu Hasan al Asy'ari [6].
Unsur pokok aqidah islam, golongan ASWAJA meliputi :
             1.     Masalah ke-Tuhan-an
             2.     Masalah Malaikat
             3.     Masalah Kitab-kitab Suci
             4.     Masalah Rasul-rasul
             5.     Masalah Hari Akhir
             6.     Masalah Qodla dan Qadar [7].
 Mengenai masalah ke-tuhan-an, golongan ahlus sunnah wal jama'ah berkeyakinan dengan terperinci bahwa Allah Ta'ala itu :
a.    Wajib wujud (ada-Nya, mustahil 'Adam)
b.    Wajib qidam (sedia tanpa permulaan), mustahil hudust (keadaan-Nya didahului oleh ketiadaan)
c.    Wajib baqa' (kekal tanpa kesudahan), mustahil fana' (rusak)
d.   Wajib mukhalafah lil hawadist (berbeda dengan selain-Nya).
e.    Wajib qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan pribadi-Nya), mustahil membutuhkan pada selain-  Nya
f.     Wajib wahdaniyah (esa) dalam dzat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya, mustahi ta'adud (terbilang) dalam dzat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya.
g.    Wajib Maha kuasa (qadiran), mustahil lemah ('Ajizan).
h.    Wajib Maha berkehendak (Muridan), mustahil terpaksa (Kahiran)
i.      Wajib Maha mengetahui ('Aliman), mustahil bodoh (Jahilan)
j.      Wajib Maha hidup (Hayyan), mustahil mati (Mayyitan).
k.    Wajib Maha mendengar (Sami'an), mustahl tuli (Assamman)
l.      Wajib Maha melihat (Basyiran), mustahil buta ( A'ma)
m.  Wajib Maha berbicara ( Mutakallaiman), mustahil bisu (Abkaman).
Sedangkan secara global, golongan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah berkeyakianan bawa Allah S.W.T. memiliki semua sifat kesempurnaan yang tidak  terbatas dan disucikan dari semua sifat kekurangan.  Boleh dikatakan bahwa tuhan mempunyai sekalian sifat Jamal (Keindahan) sifat Jalal (Kebesaran) sifat Kamal (Kesempurnaan) [8].
Mengenai masalah malaikat, bahwa malaikat diimani sebagai makhluk halus yang diciptakan dari cahaya. Ada 10 malaikat yang wajib diimani oleh setiap muslim yaitu Jibril, Mika'il, Israfil, Izra'il, Munka, Nakir, Rakib, Atid, Malik, Ridwan.
 Mengenai masalah kitab-kitab suci, diyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab suci kepada para Rasul-Nya. Ada 4 kitab yang wajib diimani oleh setiap muslim yaitu: Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud , Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa , Kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammab saw [9].
Mengenai masalah rasul-rasul, diyakini sebagai utusan Allah swt, untuk menyampaikan kitab-kitab suci kepada umat manusia. Utusan di bagi dua yaitu nabi dan rasul. Jumlah nabi ada 124.000 orang sedangkan rasul ada 315 orang. Permulaan para nabi adalah nabi Adam dan penutupnya nabi Muhammad . adapun nabi dan rasul yang wajib diketahui sebanyak 25 orang, yaitu yang disebutkan dalam Al-Qur'an, sedang yang lain tidak wajib untuk diketahui namanya [10].
Adapun sifat-sifat yang wajib ada pada para rasul itu ada empat dan yang mustahil ada empat pula, yaitu:
a.  As Shidqu (jujur), mustahil Alkidzbu (dusta)
b.  Al Amanah (dapat dipercaya), mustahil Al Khiyanah (berkhiyanat)
c.  At tabligh (menyampaikan perintah), mustahil Al Khitman (menyembunyikan perintah)
d.  Al Fathanah (cerdas), mustahil Al Baladah (bodoh)
Sedangkan sifat yang boleh ada pada para rasul, adalah bahwa para rasul itu boleh tertimpa oleh para manusia pada umumnya, seperti sakit dan lain sebagainya, akan tetapi tidak sampai mendatangkan kekurangan atau cacat. Di antara para rasul itu ada lima orang yang dinamakan "Ulul 'Azmi", yaitu para rasul yang teguh dan sangat tahan dalam menjalankan perintah-perintah Allah swt. mereka itu adalah: Nabi Besar Muhammad saw, Nabi Ibrahim as,  Nabi Musa as,  Nabi Isa as dan  Nabi Nuh as.
Mengenai masalah "hari akhir", diyakini bahwa setiap orang yang meninggal dunia itu akan masuk ke alam barzakh/alam qubur. Di alam barzakh akan di tanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir, kemudian akan menerima nikmat atau siksa. Di hari kiamat nanti semua nyawa yang berada di alam barzakh akan diberi jasad kembali (dihidupkan); lalu dihalau ke padang mahsyar untuk diperhitungkan semua amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Setelah itu amal perbuatn tersebut ditimbang, kemudian meniti di Shirathal Mustaqim. Mereka yang shalih akan selamat dan terus masuk ke dalam surga dan mereka yang durhaka akan tergelincir masuk ke dalam nereka. Orang-orang yang kafir akan kekal di neraka, sedang mereka yang muslim yang berdosa dan dosanya belum diampunkan oleh Allah swt., maka mereka akan menjalani hukuman di neraka dan setelah habis atau selesai hukumnya, maka mereka akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Dan semua orang yang telah masuk surga akan kekal di dalamnya selama-lamanya.
Mengenai masalah qadla' dan qadar, diyakini bahwa Allah swt., telah mentakdirkan kebaikan dan keburukan sebelum menciptakan makhluk. Dan bahwa semua yang ada tidak terlepas dari qadla' dan qadar Allah swt., dan Ia menghendakinya. Adapun pengertian qadla' dan qadar menurut ke dua tokoh as-sunnah wal jama’ah yaitu sebagai berikut :
Menurut madzhab Asy'ariyah, qadla' adalah kehendak Allah swt terhadap segala sesuatu pada zaman azali (zaman sebelum Allah swt menciptakan makhluk) menurut kejadiannay pada zaman selain azali (setelah diciptakakan). Sedang Qadar adalah perbuatan Allah swt mewujudkan segala sesuatu menurut ukuran tertentu yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Menrut madzhab Maturidiyah, qadla' itu adalah perbuatan Allah swt mewujudkan segala sesuatu ditambah dengan penetapan menurut kesesuaian ilmu Allah swt, yaitu penentuan-Nya pada zaman azali terhadap setiap makhluk dengan ketentuan-Nya yang didapati pada setiap makhluk tersebut tentang baik dan buruk, manfa'at dan madlarat dan lain sebagainya. Sedang qadar adalah perbuatan allah swt mewujudkan segala sesuatu menurut kesesuaian ilmu. Jadi pengetahuan Allah pada zaman azali bahwa seseorang itu akan menjadi orang alim setelah orang tersebut diwujudkan, dinamakan qadla'.sedang mewujudkan ilmu pada orang tersebut setelah berada di dunia, dinamakan qadar [11].



BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan tentang ahlussunnah waljama’ah  di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Dalam catatan sejarah tidak lagi dipungkiri bahwa munculnya faham Ahlus sunnah waljama’ah adalah setelah munculnya berbagai perbedaan faham setelah Rasulullah wafat dan para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbul lah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW. Seperti Mu’tazilah, Syiah , Khowarij dan lain-lain. Maka Sebagai reaksi dari firqah-firqah yang sesat tadi muncullah faham atau golongan yang  tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya atau yang disebut  dengan faham Ahlus sunnah Waljama’ah.  
2.      Dari segi Aqidah faham Ahlus sunnah waljama’ah adalah tidak bisa lepas dari dua orang Ulama besar dalam Ushuluddin, yaitu Syeikh Abu Hasan ‘Ali al Asy’ari dan Syekh  Abu Mansur al Maturidi. Hal ini bukan berarti mereka membawa membawa ajaran baru atau madzhab baru, beliau hanya menegaskan kembali madzhab salaf, menghidupkan ajaran-ajaran sahabat Rasulullah. Penisbatan nama kepadanya kerana beliau konsisten dalam berpegang teguh ajaran salaf, hujjah (argumentasi) yang beliau gunakan sebagai landasan kebenaran aqidahnya juga tidak keluar dari apa yang menjadi hujjah para pendahulunya, kerananya para pengikutnya kemudian disebut Asy’ariyyah. Abu al-Hasan al-Asy’ari bukanlah ulama yang pertama kali berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah, ulama-ulama sebelumya juga banyak berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Keduanya hanyalah merumuskan serta membuat ringkasan yang mudah (method) dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para nabi dan rasul serta para sahabat. Secara garis besar aqidah ahlussunnah wal jama’ah adalah meyakini 'Aqidah Islamiyah' mengikuti faham yang dirumuskan oleh Imam Abu Hasan Al Asya'ari dan Iman Abu Mansur Al Maturidi, dalam bidang Fiqih, mengikuti salah satu dari madzhab empat, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hambali, sedangkan Tasawwuf, mengikuti thariqat dari Imam Abul Qasim Al Junaidi Al Baghdadi dan Hadist, mengikuti Imam Bukhari, Muslim serta ulama’ hadis yang lain

B.  KRITIK DAN SARAN
Demikian sekilas makalah tentang Ahlus Sunnah Waljamma’ah semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis menyadari dengan sepenuhnya masih banyaknya berbagai kesalahan di berbagai hal untuk itu masukan dan saran dari semua pihak yang membangun selalu penulis harapkan untuk sebuah kebaikan dan sesuatu ke arah yang lebih baik.























DAFTAR RUJUKAN

Masduqi, Drs.K.H.Ach. Konsep Dasar Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
     Surabaya: Pelita dunia
Syihab, Drs. Tgk. H. Z. A. Akidah ahlus sunnah. Bumi Aksara
Abbas, K.H.Siradjuddin. I'itiqad Ahlus sunnah Wal Jama'ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah
http://nurul ilmi.com








[1] K.H. Siradjuddin Abbas,  I'itiqad Ahlus sunnah Wal Jama'ah (Jakarta :Pustaka Tarbiyah,tt), hlm. 8.

[2] Drs.K.H. Ach. Masduqi,  Konsep dasar pengertian ahlus sunnah wal jama'ah (Surabaya : Pelita Dunia,tt), hlm. 7.

[3] Drs. Tgk. H. Z. A. Syihab, Akidah  Ahlus sunnah ( Bumi Aksara), hlm. 37.
[4] http://nurul ilmi.com


[5] K.H. Siradjuddin Abbas. Op.cit., hlm.16
[6] Ibid. hlm. 17.
[7] Drs. K.H. Ach.Masduqie, op.cit., hlm.38.
[8] Ibid., hlm.39.
[9] Ibid., hlm.40.
[10] Ibid., hlm. 41.
[11] Ibid., hlm. 44-45.

Tuesday 29 May 2012

BEBERAPO FOTO


TINJAUAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN SDM DALAM PENDIDIKAN ISLAM


BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam pandangan Islam, manusia merupakan makhluk yang unik. Keunikannya terletak pada wujudnya yang multi-dimensi, bahkan awal penciptaannya didialogkan langsung oleh Allah SWT degan para malaikat sehingga jadilah manusia makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna di muka bumi ini.
Pendidikan merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya termasuk lingkungan alam dan lingkungan manusia. Di dalam interaksi tersebut manusia bukan hanya hasil interaksi dengan alamnya dan dengan sesama manusia, melainkan hasil pegembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan suatu ruangan yang terbuka bagi pengembangan inovasi dan kreativitas.
Pendidikan Islam mengemban tugas penting, yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar umat Islam dapat berperan aktif dan tetap survive sehingga berkembang dengan baik. baik berkembang secara jasmani dan rohani juga berkembang dalam setiap potensi yang dimilikinya sehingga bisa menjadi insan kamil. Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam.
Pengembangan kualitas SDM bukan persoalan yang gampang dan sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang mendalam dan luas pada tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang dalam penyiapan institusi, pembiayaan dan sebagainya. Sebagai salah satu sarana pengembangan sumber daya manusia pendidikan Islam diharapkan mampu mengembangkan sumberdaya manusia seoptimal mungkin walaupun terkesan hanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya. Namun mestinya tidak sekedar itu dalam arti selain berkembang secara spiritual mestinya juga berkembang dalam segi yang lain sehingga setiap manusia mampu bersaing dalam dunia global
Oleh karena itu, setiap rumusan pendidikan berawal dari konsep dasar manusia dalam berbagai dimensinya, yang merupakan refleksi dari pemikiran-pemikiran dinamis atau kenyataan-kenyataan empirik. Antara konsep dasar pendidikan dan konsep dasar manusia terdapat hubungan yang erat.
Tanpa berorientasi pada manusia sebagai acuan dasarnya, rumusan-rumusan teoretis pendidikan Islam tentu akan mengalami stagnasi dan tidak berdaya dalam mengantisipasi perubahan. Praktik-praktik kependidikan tidak pelak lagi akan mengalami kegagalan, kecuali bila dibangun atas konsep yang jelas mengenai sifat dasar manusia. Manusia dalam dunia pendidikan, menempati posisi sentral (central position), karena manusia di samping dipandang sebagai subjek sekaligus juga objek pendidikan. Sebagai subjek manusia menentukan corak dan arah pendidikan, sedangkan sebagai objek, manusia menjadi fokus perhatian segala aktivitas pendidikan.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam makalah ini penulis akan membahas tinjauan filosofis pengembagan sumberdaya manusia dalam pendidikan Islam. Supaya tidak terjadi kesimpang siuran maka penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut , sebagai acuan dalam pembahasan
1.         Bagaimana hakekat pengembangan sumber daya manusia ?
2.         Bagaimana konsep fitrah dalam pendidikan Islam ?
3.         Bagaimana  pandangan beberapa aliran filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia ? 
4.         Bagaimana Implikasi konsep pengembangan sumber daya manusia tersebut dalam pendidikan Islam ?





BAB II

TINJAUAN FILOSUFIS
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A.      Hakekat pengembangan SDM dalam pendidikan Islam
Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan memainkan peran penting dalam upaya melahirkan manusia yang handal dan dapat menjawab tantangan zaman. Sumber daya manusia merupakan gerakan human investment.[1] Human Invesment adalah upaya pendidikan jangka panjang untuk melahirkan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia bukan merupakan persoalan yang mudah karena membutuhkan pemikiran langkah aksi yang sistematik, sistemik, dan serius. Karena berusaha memberikan konstruksi yang utuh tentang manusia dengan mengembangkan seluruh potensi dasar manusia dan bagaimana aktifitasnya.
Hakekat pengembangan sumber daya manusia dalam pendidikan Islam adalah usaha sadar agar sumber daya manusia atau potensi-potensi manusia tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas tujuan pendidikan Islam.
Potensi yang dimaksud mencakup berbagai macam potensi diantaranya :
a.       Potensi akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep – konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini manusia dapat melaksanakan tugas – tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Namun faktor subjektifitas manusia dapat mengarah pada kesalahan dan kebenaran
b.      Potensi Ruh
Manusia tentu memiliki ruh. Sebagian para ahli mengatakan bahwa ruh adalah nyawa sementara sebagian yang lain memahami bahwa ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Terlepas dari mana yang benar soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia Cuma sedikit ilmu pengetahuannya.
c.    Potensi Qalbu
Qalbu tidak dimaknai sekedar hati yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktifitas rasa yang bolak – balik. Sesekali senang , sesekali susah , kadang setuju, kadang menolak dan sebagainya
d.   Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah, fitrah bukan berarti sesuatu yang suci melainkan bawaan sejak lahir.
e.    Potensi Nafs
Dalam bahasa Indonesia nafs diserap menjadi nafsu yang berarti dorongan yang kuat untuk berbuat kurang baik. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk , tetapi juga berpotensi berbuuat baik dengan kata lain berpotensi positif dan negatif. [2]

B.       Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam
Dalam pandangan Islam kemampuan dasar dan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya atau pembawaan disebut dengan fitrah,  yang berasal dari kata فطر yang dalam pengertian etimologi mengandung etimologi kejadian. Kata tersebut berasal dari kata الفا طر yang bentuk pluralnya fithar yang  dapat berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir, sifat watak manusia, agama dan sunnah, pecahan atau belahan. [3]
Pengertian Fitrah dari segi istilah berarti sistem aturan atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk sejak keberadaannya baik ia makhluk manusia ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar manusia cenderung kepada agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak dan lain-lain.
Biasanya kata fathara, khalaqa dan ansyaa digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuatu yang sebelumnya belum ada dan masih merupakan pola dasar (blue print) yang perlu penyempurnaan. Apabila makna fitrah dirujuk pada manusia maka makna fitrah memiliki berbagai pengertian.
Dalam surat Ar-Rum ayat 30, yang bermakna bahwa fitrah manusia yaitu potensi manusia untuk beragama atau bertauhid kepada Allah. Dari ayat ini pula konsep fitrah mulai ditafsirkan menjadi konsep sesuai dengan kemampuan dan latar belakang keilmuan serta kehidupan para mufassir. Diantara para mufassir yang memberikan makna tentang fitrah dalam penafsirannya yaitu Fitrah berarti suci, Fitrah Berarti Islam, Fitrah berarti Tauhid, Fitrah berarti Murni (Ikhlas), Fitrah Berarti potensi manusia.
Bahkan sebagian mengatakan iman bawaan telah diberikan kepada manusia semenjak lahir. Fitrah adalah faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang dibawa sejak lahir dan berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. Potensi dasar tersebut sacara menyeluruh (integral) yang menggerakkan seluruh aspek-aspeknya secara mekanistik yang mana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tujuan tertentu.
Sedangkan dalam tataran pendidikan Islam Konsep fitrah manusia dengan meninjau pola dasar kejadian manusia dapat dijelaskan dengan meninjau berbagai sudut pandang :
  1. Hakekat wujud manusia,
  2. Tujuan penciptaannya,
  3. Sumber Daya Insani (SDM),
  4. Citra manusia dalam Islam
Pertama dari hakekat wujudnya sebagai makhluk individu dan sosial dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan islam keberadaan pribadi seseorang adalah:
  1. Pribadi yang aktivistik karena tanpa aktivitas dalam masyarakat berarti adanya sama dengan tidak ada (wujuduhu ka ‘adamihi), artinya hanya dengan aktivitas, manusia baru diketahui bagaimana pribadinya.
  2. Pribadi yang bertanggung jawab secara luas, baik terhadap dirinya, terhadap lingkungannya, maupun terhadap Tuhan.
3.      Dengan kesimpulan di atas menginplisitkan adanya pandangan rekonstruksionisme (rekonstruksi sosial) dalam pendidikan islam melalui individualisasi dan sosialisasi.[4] Kedua  berdasarkan Tujuan Penciptaan, bahwa
1.    Tujuan utama penciptaan manusia ialah agar manusia beribadah kepada Allah. (Q.S. Az-Zahriyah: 56).
2.    Manusia dicipta untuk diperankan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. (Q.S. Al-Baqarah: 30, Yunus 14, Al-An’am: 165).
3.    Manusia dicipta untuk membentuk masyarakat manusia yang saling kenal-mengenal, hormat menghormati dan tolong-menolong antara satu dengan yang lain (Q.S. Al-Hujurat: 13), tujuan penciptaan yang ketiga ini menegaskan perlunya tanggung jawab bersama dalam menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai. Ketiga  dari segi Sumber Daya Manusia bahwa Esensi SDM yang membedakan dengan potensi-potensi yang diberikan kepada makhluk lainnya dan memang sangat tinggi nilainya ialah “kebebasan” dan “hidayah Allah”, yang sesungguhnya inheren dalam fitrah manusia.[5] Keempat berdasarkan uraian tentang fitrah manusia ditinjau dari hakekat wujudnya, tujuan penciptaannya dan sumber daya insaninya, tergambar secara jelas bagaimana citra manusia menurut pandangan islam:
  1. Islam berwawasan optimistik tentang manusia dan sama menolak sama sekali anggapan pesimistik dari sementara filosof eksistensialis yang menganggap manusia sebagai makhluk yang terdampar dan terlantar dalam hidup dan harus bertanggung jawab sendiri sepenuhnya atas eksistensinya.
  2. Perjuangan hidup manusia bukan sekedar trial and error belaka tetapi sudah mempunyai arah dan tujuan hidup yang jelas dan yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana. Untuk mencapainya manuia telah diberi pedoman serta kemampuan, yakni akal dan agama.
  3. Manusia makhluk yang paling mampu bertanggung jawab karena dikaruniai seperangkat alat untuk dapat bertanggung jawab yaitu kebebasan berpikir berkehendak, dan berbuat.
Dalam sudut pandang yang lain konsep  fitrah merupakan komponen dasar  yang bersifat dinamis, responsive terhadap pengaruh linkungan sekitar, termasuk pengaruh pendidikan. Komponen- komponen dasar tersebut meliputi :
  1. Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (profesional) dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada kemampuan kopmisi (daya cipta), konasi (kehendak), dan emosi yang disebut dengan tri kotomi (tiga kekuatan kemampuan rohani manusia). Masing-masing kekuatan rohani berperan.
  2. Insting (ghorizah), adalah kemampuan berbuat atau bertingkah tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting tersebut merupakan pembawaan sejak lahir juga. Dalam psikologi pendidikan kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan melalui proses belajar. Semisal Melarikan diri karena perasaan takut, Menolak Karena jijik, Ingin tahu karena takjub sesuatu, Melawan karena kemarahan, Menonjolkan diri karena adanya harga diri
Dan masih banyak lagi teori yang mengemukakan makna fitrah akan tetapi, jika fitrah dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia tentu setiap individu memiliki fitrah tersebut tinggal bagaimana setiap fitrah tersebut dikembangkan secara optimal karena dalam perkembangannya faktor lingkungan, alam, geografis dan sebagainya juga membantu dalam perkembangan fitrah manusia.

C.       Beberapa Konsep Aliran Filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan Fitrah
1.    Konsep Fatalis – Pasif
Setiap individu, melalui ketetapan Allah SWT adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan  semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Faktor-faktor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap penentuan nasib seseorang karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya oleh Allah SWT.
2.    Konsep Netral – Pasif
Beranggapan bahwa anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan sempurna, suatu keadaan kosong. Sama halnya dengan teori tabularasa yang dikemukakan John Lock bahwa manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu goresan apa pun. Manusia berpotensi berkarakter baik dan tidak baik itu karena mendapat pengaruh dari luar terutama orang tua. Pengaruh baik dan buruk tersebut akan terus mengiringi kehidupan setiap insan dan karakter yang terbentuk tergantung mana yang dominan memberi pengaruh. Jika pengaruh baik lebih dominan, maka seseorang akan berkarakter baik, begitu pula sebaliknya apabila yang lebih dominan adalah pengaruh buruk, maka karakter yang terbentuk karakter tidak baik.
3.    Konsep Positif – Aktif
Bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah berkarakter baik, kuat dan aktif, sedangkan lingkunganlah yang membelenggu manusia sehingga ia menjauh dari sifat bawaannya (aksidental).
4.    Konsep Dualis – Aktif
Yakni manusia memiliki dua sifat ganda yang sama kuatnya. Sifat baik dan buruk. Tergantung kedekatan manusia terhadap lingkungan yang baik  atau buruk. Jika ia dekat dengan teman yang berkarakter baik, maka seseorang tersebut akan mengambil sifat baiknya, dan sebaliknya. Penanaman kebiasaan positif amat penting untuk diupayakan sejak kecil agar karakter atau sifat baik lebih kuat.[6] Dalam pandangan ini manusia sejak awalnya membawa sifat ganda. Di satu sisi cenderung  kepada  kebaikan, dan di sisi lain cenderung kepada kejahatan. Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu kecenderungan untuk mengikuti Tuhan dan kecenderungan untuk tersesat.
Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan.



D.      Implikasi pengembangan SDM dalam pendidikan Islam
1.    Implikasi hakekat Pengembangan SDM  dalam Pendidikan Islam
Pendidikan pada dasarnya mengembangkan seluruh aspek pada peserta didik. Baik aspek afektif, kongnitif maupun psikomotorik. Sumber daya manusia sebenarnya dimiliki setiap individu sejak lahir. Maka kaitannya dengan pendidikan tentu pendidikan tinggal sebagai sarana untuk memproses dan mengembangkan setiap sumber daya yang dimilikinya dengan berbagai metode, kegiatan, pembelajaran, pembiasaan tentu faktor lingkungan, pergaulan dan sebagainya yang termasuk dalam unsur pendidikan Islam juga memiliki pengaruh dalam pengembangan sumber daya manusia dalam setiap individu
2.    Implikasi konsep  Fitrah Manusia Dalam Pendidikan Islam
Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah dengan dibekali beberapa potensi yakni potensi yang ada dalam jasmani dan rohani. Bekal yang dimiliki manusia pun tidak hanya berupa asupan positif saja, karena dalam diri manusia tercipta satu potensi yang diberi nama nafsu. Dan nafsu ini yang sering membawa manusia lupa dan ingkar dengan fitrahnya sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi. Untuk itu manusia perlu mengembangkan potensi positif yang ada dalam dirinya untuk membawa fitrah tersebut kaerah positif
Oleh karena itu peran pendidik dalam hal ini orang tua dan guru sangat diperlukan untuk mengarahkannya pada perilaku baik. peran orang tua
sangat besar terhadap pengembangan fitrah tersebut, karena orang tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam lingkungan keluarga, demikian halnya dengan guru memiliki peranan penting dalam mengarahkan fitrah manusia kearah yang baik.
Pendidikan Islam dalam mengembangkan fitrah manusia adalah dengan
menumbuhkembangkan fitrahnya menuju kearah pembentukan manusia
sempurna, dan menjadi hamba Allah SWT yang baik, karena tujuan pendidikan
Islam secara umum adalah membentuk manusia yang paripurna dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar menjadi hamba yang bertaqwa.
Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia. Sebagai makhluk pilihan Allah manusia mengemban tugas ganda, yaitu sebagai khalifäh Allah dan Abdullah (Abdi Allah). Untuk mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan sejumlah potensi didalam dirinya (sumber daya manusia). Potensi-potensi tersebut dimiliki manusia sejak dilahirkan maka pendidikan Islam bertugas untuk mengembangkan masing-masing pribadi manusia sebagai karunia Tuhan. Potensi tersebut merupakan potensi mental-spiritual dan fisik yang diciptakan Tuhan sebagai fitrah yang tidak bisa diubah atau dihapuskan oleh siapapun, akan tetapi dapat diarahkan perkembangannya dalam proses pendidikan sampai titik optimal yang berakhir pada takdir Tuhan. Proses pendidikan Islam secara bertahap dari waktu ke waktu akan mengembangkan fitrah manusia. Oleh karena, itu pendidikan mutlak diperlukan untuk mengembangkan fitrah tersebut secara optimal
3.    Implikasi Aliran Filsafat berkaitan dengan SDM dalam pendidikan Islam
a.    Implikasi fatalis – pasif
Menurut pandangan penulis implikasinya kalau tidak diberikan penjelasan yang tepat maka akan bermakna negatif. karena adanya kecenderungan atau anggapan bahwa peserta didik seakan pasrah, karena baik , pintar , bodoh tidak ditentukan oleh pendidikan melainkan ketetapan yang ditetapkan oleh Allah sejak ia lahir.  Akan tetapi jika setiap individu menyadari implikasinya dalam pendidikan ialah penyiapan sumber-sumber belajar sedemikian rupa agar perkembangan bawaan itu optimal.
b.    Implikasi konsep netral – pasif  , positif – aktif dan dualis – aktif
Pendidikan Islam secara konsep tentu baik , dan hendak menjadikan manusia sempurna dari segala aspek berdasarkan potensi sumberdaya manusia yang dimiliki. Akan tetapi pada prosesnya pendidikan tentu bersinggungan dengan berbagai pihak dari situ pula peserta didik akan terkena pengaruh tergantung setiap individunya pengaruh positif atau negatif yang banyak masuk pada pribadinya. Hal ini relevan dengan ketiga konsep di atas. Maka dalam pendidikan Islam perlu antisipasi untuk meluruskan dan mencapai tujuannya dengan berbagai metode dan pembiasaan dan berbagai cara yang mendidik untuk mengoptimalkan dan tercapainya tujuan pendidikan Islam.


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari berbagai pemaparan di atas kiranya dapat penulis simpulkan
1.         Pada hakekatnya setiap manusia sejak ia lahir telah mempunyai sumberdaya (potensi – Potensi). Tinggal bagaimana sumberdaya yang dimilikinya tersebut dikembangkan bisa melalui pendidikan, lingkungan, pergaulan dan sebagainya. Yang pada dasarnya filter (penyaringnya) adalah setiap individunya untuk pengembangan ke arah yang positif atau negatif
2.         Secara fitrah manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dibanding dengan makhluk yang lain. Secara fitrah juga manusia sebenarnya oleh Allah telah diberikan bekal sejak ia dilahirkan. Akan tetapi manusia dilahirkan bukan berarti bisa di bentuk oleh orang  lain melainkan setiap individunya sejak lahir sudah diberi bekal untuk dikembangkan termasuk sumber daya manusia.
3.         Berkaitan dengan Aliran filsafat yang berkaitan dengan sumber daya manusia terdapat beberapa konsep Aliran diantaranya fatalis – pasif, netral – pasif  , positif – aktif dan dualis – aktif
4.         Implikasi pengembangan sumber daya manusia dalam pendidikan Islam yaitu dengan berbagai metode dan Pembiasaan yang pada intinya bagaimana pendidikan Islam mengembangkan untuk menuju pada Insan Kamil dan berproses serta mengembangkan setiap sumberdaya manusia yang telah dimilikinya sejak ia dilahirkan.

B.       Kritik dan Saran
Demikian makalah ini kami susun, tentu penulis menyadari dengan seppenuhnya masihh jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari semua pihak yang membangun dan untuk suatu perbaikan ke arah yang lebih baik tentu selalu penulis harapkan. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.


[1] Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional, ( Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm.152.

[3] http://theodava.blogspot.com.

[4] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,  Bandung : al-Ma’arif Cet.III, 1974,), hlm. 20.
[5] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara Cet. II,1995) hlm. 2
[6] Maragustam siregar, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (falsafah pendidikan Islam), (yogyakarya : Nuha Litera,2010), hlm 191.

Saturday 19 May 2012

Biografi Singkat

Arif Wibowo, 
Add caption
       Lahir di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota , terlebih pada masa kelahirannya tepatnya di dusun Penggung Kecamatan Nawangan Kab. Pacitan. Menurut penuturan kedua orang tuanya lahir di sebuah bidan desa yang mana konon pada saat itu proses menuju persalinan sang ibu harus ditandu / dipikul disebabkan minimnya sarana transportasi dan sulitnya medan yang terjal dan berbukit. 
     Arif merupakan anak pertama dari dua bersaudara dia adalah buah hati dari pasangan suami istri Supriyono dan Rasiyem terlahir di pacitan 04 Agustus 1985.  Menurut cerita dari ibu, lahiran bertepatan dengan hari ahad pon,dinamakan Arif harapan orang tua pada saat itu filosofinya karena Ia lahir di bulan Agustus kemudian Wibowo selain nama belakang dari ayahnya harapan sang ibu semoga menjadi anak yang berguna dan berwibawa. 
      Arif kecil merupakan anak yang beruntung dan agak dimanja terlebih oleh kedua kakek dan neneknya di desa di sebut Mbh Tino dan Mbok Tarmi, kasih sayang kakek dan nenek (kakung lan simbok) dalam bahasa pacitannya sungguh luar biasa minta apa seakan dituruti asal dalam batas kewajaran dan tidak neko - neko. sehingga tidak heran jika sang Ayah dan Ibu kadang kangen dengan anaknya sendiri karena sering bermalam dan tidak pulang dari rumah kakek dan nenek. masanya sangat berfariatif mulai dari 3 hari, satu minggu dan bahkan sampek satu bulan. 
Pendidikan 
TK 
Maklum karena di tahun 1985 pada saat itu di desa penggung belum ada pendidikan Tk/ Paud seperti sekarang 
SD
Masuk SD kurang lebih umur 5 tahun lebih sedikit , Arif masuk pada SD Negeri yaitu SDN Penggung 1 pada tahun 1991 dan merupakan satu - satunya pendidikan dasar yang ada di desa tersebut. Inggat betul pada Saat SD saya termasuk anak yang minderan sehingga tidak mengherankan jika kesekolah harus di tunggu oleh Ibuk, Ayah , Kakek atau Nenek selama kurang lebih 4 bulan karena kalau tidak ditemenin akan nangis atau pulang (wau memalukan). Ibuk merupakan sosok yang keras jika anaknya berbuat sedikit salah maka tentu akan marah atau berbuat sesuatu, sehingga tak jarang karena jengkel sesekali dijewer, dicubit atau yang lain yang membuat jera. tapi alhamdulillahh berkat pendidikan dari Ibu tersebut justru membuat suatu perubahan yang luar biasa karena sepulang sekolah harus belajar kembali mengulangi materi yang disampaikan Guru di sekolah dan sore harinya harus pergi mengaji ke mushola terdekat. Ibuk memilki prinsip "Aku Wae Seng Bodho" Saya Saja yang bodoh kata ibuk ojo ngasi anak - anak ku Bodo mugo - mugo iso sekolah lan Nyekolahne. Itu selalu di pegang ibuk dengan kuat sekali. Sampai Akhirnya hari demi hari saya tumbuh dan berkembang dan Alhamdulillah pada pendidikan SD selalu mendapat peringkat antara 1 - 3 tentu hal ini berkat kesungguhan dan pendidikan yang luar biasa dari Ibuk dan Ayah. Alhamdulillah Lulus zaman dulu Tamat dari SDN Penggung I tahun 1997. 
SLTP 
Jauh dari perkotaan memang susah, terlebih untuk pendidikan Menengah Jarak yang jauh  dan biaya yang mahal ditambah pengaruh lingkungan yang kurang mendukung memang tantangan tersendiri. Tapi Alhamdulillah berkat dorongan dari keluarga saya bisa melanjutkan pada pendidikan menengah tepatnya di SLTPN I Nawangan, dengan jarak 9 kilo yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Karena pada saat itu belum ada kendaraan (angkutan) maka setiap hari mesti bangun pagi sekitar pukul 04.00 atau pas waktu subuh tujuannya agar segera siap - siap untuk berangkat kesekolah supaya tidak terlambat. tak jarang berangkat harus pakek ONCOR (obor) atau Baterai (Lentera) karena suasana masih gelap dan harus di antar ke rumah teman dengan jarak kurang lebih satu kilo oleh ayah. perjalanan yang panjang dan jauh serta melelahkan namun hal tersebut seakan sirna dan ndak terasa karena demi sebuah cita - cita, belum ditambah kadang Hujan, Banjir atau tanah longsor tentu tantangan yang luar biasa. jika berangkat pagi maka pulang pun tentu juga sudah sore sekitar pukul 16.00. Pulang bukannya Istirahat tetapi , harus mendengarkan Ibuk yang tak henti - hentinya menyuruh pergi ke rumah Bu Azizah atau Pak Sumarli Untuk belajar Ngaji. Jika membantah tentu akan mendapat ancaman dari Ibu berupa Ancaman tidak dikasih Sangu, atau Putus Sekolah saja. maka mau tidak mau tidak ada alasan capek harus tetap berangkat belajar ngaji dari pukul 16.30 sampai menjelang sholat maghrib. Malam hari tentu tidak serta merta isttirahat begitu saja diitemani lampu tintir (belum ada listrik) harus menyelesaikan PR atau sekedar membaca untuk mengulas pelajaran.
  Selang satu tahun berlalu Alhamdulillah ada kemajuan peradaban Listrik Masuk Desa, Jalan Mulai Beraspal, Angkot Khusus Anak sekolah mulai ada, namun saya Alhamdulillah oleh orang tua dibelikan sepeda Federal sehingga dapat dijadikan sarana traspoortasi menuju sekolah walau kadang harus turun (mendorong) karena tiidak kuat naik atau terlalu curam . Namun Alhamdulillah dapat menyelesaikan pendidikan tanpa ada penundaan tepat pada tahun 2000 dapat Lulus dari jenjang Pendidikan menengah.
PASCA SLTP 
   Setelah selesai dari SLTP saya tidak serta merta melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya karena beberapa faktor : pertama orang tua menghendaki melanjutkan ke SLTA namun kwatir saya bertambah terpengaruh pergaulan dan jarak yang jauh memilih untuk tidak melanjutkan. kedua, memiliki cita - cita untuk melanjutkan pendidikan di pesantren Tremas Pacitan. ketiga, disela - sela menunggu ajaran baru pesantren bisa membantu Ortu mulai dari Buruh metik buah cengkeh, menanam kacang dan membantu tetangga membuat rumah atau yang lain. Namun, karena tak kuasa melihat Air mata Ibuk yang selalu menaggis jika habis dari bepergian karena melihat atau bertemu teman SLTP memakai seragam SLTA , sementara sang Anak tidak melanjutkan sekolah tetapi malah mencari uang (buruh). 
Berawal dari hal tersebut tergugah hati ini untuk bisa melanjutkan sekolah dan memakai seragam SLTA, singkat cerita tak disangka salah satu saudara ada yang kuliah di UNMUH Poonorogo membawa brosus salah satu sekolah yang berbasis Pesantren dan juga Pendidikan Formal . tak lain sekolah tersebut PON. PES Darul Huda Ponorogo. 
SLTA/MA
    Alhamdulillahh, setelah konsultasi dengan orang tua dan semua pihak keluarga akhirnya bisa melanjutkan pendidikan di Pon. Pes "Darul Huda". selain pendidikan formal juga pendidikan pesantren dan sekolah sore atau Madrasah Diniyah. Awal di Pesantren tentu tidak langsung krasan sehingga 2 minggu di pesantren kerjaannya cuma nanggiss aja, ditambah pelajaran yang terasa asing seperti fiqih, bahasa arab, arab pegon dan sebagainya tentu di SLTP tidak ada pelajaran - pelajaran tersebut. Namun pendidikan di Mushola dan pesantren yang ada di desa merupakan bekal utama untuk memperdalam Ilmu pesantren maupun Ilmu Umum. Alhamdulillah 2001 masuk 2004 dapat Lulus dari MA darul huda. karena sekolah sore baru kelas 4 pada madrasah diniyah maka supaya lulus dari Madrasah Diniyah darul huda alternatifnya Sekolah di STAIN Ponorogo. Alhamdulillahh tepat 2006 dapat juga menyelesaikan dan lulus dari MMH darul Huda. selama menimba Ilmu di DARHUD juga aktif dalam beberapa oraganisasi mulai dari OSIS, Dewan Ambalan, Pengurus Pondok, Pengurus Konsul, dan Panitia - Panitia dalam beberapa kegiatan semisal Haflah baik Interen maupun eksteren, PWM, Khatmul Imrithi, dan Sebagainya. 
SARJANA 
     Tidak terpikir sama sekali pada masa kecil untuk bisa menempuh pendidikan pada jenjang perguruan tinggi, antara percaya dan tidak namun itulah kenyataan dan kesempatan yang luar biasa untuk bisa menempuh pada jenjang pendidikan Mahasiswa. tentu kesempatan yang tidak boleh disia - siakan disisi lain harus tinggal di Asrama disisi lain Harus menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Namun berkat tekat dan kemaun dan tentu pertolongan dari Allah dan do'a serta Ikhtiar dari individu dan keluarga bisa menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana tepat 5 Juni 2008. Alhamdulilah Setelah Selesai Menempuh pendidikan dari STAIN diberi kesempatan untuk belajar menyampaikan Ilmu : 
Selama 1 Tahun Belajar bersama di MTs Darul Huda sambil menyelesaikan Program tahasus pada MMH  dan Urusan pesantren. Namun selang setahun di MTs Darul Huda saya pamit untuk belajar dan kembali ke kampung halaman . bersamaan dengan saat itu diajak teman untuk mendirikan sekolah dan juga mengembagkan pesantren yang sudah dirilis oleh Kyai Sumarli tidak lain adalah Pesantren Assa'adatud Daaroini penggung. Alhamdulillah juga berkat Ridho Allah dan dorongan serta dukungan dari masyarakat saya bisa diterima di Desa dan berhasil mendirikan MTs walau pun masih menginduk dengan MTs Ma'arif 02 Pacitan.  Sambil berjuang saya mencoba untuk memanfaatkan ijazah yang saya miliki akhirnya bisa diterima untuk mengabdi  di beberapa sekolah diantaranya MTs Penggung, MAN Nawangan dan selanjutnya salah satu SMK di Kab Wonogiri. 
   Terbentur dengan jadwal dan berbagai kegiatan dan Alasan maka mau tidak mau harus memilih salah satu untuk bisa fokus dan meniti karir, tentu tanpa melupakan Sekolah Perjuangan yang sudah dirilis dan Madrasah Diniyah yang telah didirikan. Untuk hal itu maka Yayasan dan Struktur organisasi Pengurus dan Rapat Koordinasi model Sistem Yayasan Darul Huda Mutlak diperlukan. 
   Alhamdulilah setelah berhasil mendirikan yayasan dan struktur pengurusnya , tak disangka pendamping hidup alias belahan jiwa juga ditemukan. Dua Hari setelah Ulang Tahun yang Ke 25 di tahun 2010 dengan niat karena Allah saya mmenikah dengan wanita yang saya cintai dan yang mencintai saya ternyata dia adalah Gadis dari Kota dimana saya menimba Ilmu, sungguh saya tidak mengenal dia saat selama saya diponorogo hampir 10 tahun disana, saya tau dari teman dan saudara setelah pulang saya hendak kembali ke Desa. ternyata Dua Tahun kemudian saya di pertemukan kembali oleh Allah dengan sang pujaan hati tadi dan Menikah. 
  Dalam perjalanan saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di SMK ISS Jatipurno, Selain harus sesekali menegok dan memikirkan perkembangan Yayasan dan Sekolah yang telah kami rilis di Desa Penggung bersama sahabat dan Masyarakat sekitar. 
  Karena jarak dan medan antara SMK dengan Desa saya, akhirnya memutuskan untuk menempati rumah di Jatipurno Wonogiri, selain alasan Hemat juga belajar bagaimana Mandiri dan membina Rumah Tangga. 2010 menikah Alhamdulillah 6 Juni 2011 kami dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik yang kami beri nama Huuriyatul Labiibah Addhariifah merupakan suatu kebahagiaan bagi kami dan Anugerah terindah yang di berikan Oleh Allah. 
PASCA SARJANA
   Tidak disangkan tidak diduga namun terbesit di cita - cita kala dipesantren dulu berawal dari obrolan dengan teman akhirnya saya diberi kesempatan oleh Allah Untuk melanjutkan menimba Ilmu di Universitas Nahdlatul Ulama' Surakarta untuk menempuh pendidikan Pasca Sarjana konsentrasi Magister Pendidikan Islam, semester dua kala ini semoga benar - benar barokah dan tidak menimbulkan kesombongan atau yang lainnya yang termasuk dalam katagori penyakit hati. 
  Manusia tentu mempunyai impian atau cita - cita begitu juga saya. Saya menyebutkan hidup adalah perjalanan bagaikan roda berputar, hidup harus jelas, sadar kita hanyalah bukan adalah, bahwa manusia di ciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah entah bagaimana bentuknya. tanpa bermaksud kesombongan dan mendahului kehendak tuhan semoga kedepan saya Bisa memiliki rumah sendiri untuk tempat tinggal kami bersama keluarga, karir meningkat dari swasta menjadi Negri entah di lingkup sekolah atau kampus, yayasan pesantren dan sekolah yang kami rintis semoga bertambah maju dan berkembang, ada keajaiban dan tidak disangka atas ijin Allah untuk melanjutkan pada program S - 3. tentu sebagai manusia biasa harapan pemenuhan kebutuhan hidup dunia tidak bisa lepas semisal mobil mewah , usaha dan sebagainya. 
  demikian sekilas biografi perjalanan hidup yang bisa saya tuliskan untuk sementara semoga bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan pemicu semangat uuntuk setiap aktifitas dan juga para pembaca pada umumnya, tentu terdapat banyak sekali hal - hal yang kurang berkenan saya mohon maaf yang sebesar - besarnya, entah terhadap hal yang mengarah riya', sombong atau lainnya. tapi tentu hal itu tidak saya sengaja semoga Allah memaafkan segala kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat. aminnn 
  semoga ada sambungan dari hal ini dan bertambah ke arah yang lebih baik dan meningkat dari segala lini kehidupan. wassalammm