BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam pandangan Islam, manusia merupakan makhluk yang unik.
Keunikannya terletak pada wujudnya yang multi-dimensi, bahkan awal
penciptaannya didialogkan langsung oleh Allah SWT degan para malaikat sehingga
jadilah manusia makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna di muka bumi ini.
Pendidikan merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya
termasuk lingkungan alam dan lingkungan manusia. Di dalam interaksi tersebut
manusia bukan hanya hasil interaksi dengan alamnya dan dengan sesama manusia,
melainkan hasil pegembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan suatu
ruangan yang terbuka bagi pengembangan inovasi dan kreativitas.
Pendidikan Islam mengemban tugas penting, yakni bagaimana
mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar umat Islam dapat berperan
aktif dan tetap survive sehingga berkembang dengan baik. baik berkembang
secara jasmani dan rohani juga berkembang dalam setiap potensi yang dimilikinya
sehingga bisa menjadi insan kamil. Dalam konteks ini Indonesia sering
mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam melakukan pengembangan
kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya
manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam.
Pengembangan kualitas SDM bukan persoalan yang gampang dan
sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang mendalam dan luas pada tingkat pembentukan
konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang dalam penyiapan
institusi, pembiayaan dan sebagainya. Sebagai salah satu sarana pengembangan
sumber daya manusia pendidikan Islam diharapkan mampu mengembangkan sumberdaya
manusia seoptimal mungkin walaupun terkesan hanya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya
keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan
sebagainya. Namun mestinya tidak sekedar itu dalam arti selain berkembang
secara spiritual mestinya juga berkembang dalam segi yang lain sehingga setiap
manusia mampu bersaing dalam dunia global
Oleh karena itu, setiap rumusan pendidikan berawal dari konsep
dasar manusia dalam berbagai dimensinya, yang merupakan refleksi dari
pemikiran-pemikiran dinamis atau kenyataan-kenyataan empirik. Antara konsep
dasar pendidikan dan konsep dasar manusia terdapat hubungan yang erat.
Tanpa berorientasi pada manusia sebagai acuan dasarnya,
rumusan-rumusan teoretis pendidikan Islam tentu akan mengalami stagnasi dan
tidak berdaya dalam mengantisipasi perubahan. Praktik-praktik kependidikan
tidak pelak lagi akan mengalami kegagalan, kecuali bila dibangun atas konsep
yang jelas mengenai sifat dasar manusia. Manusia dalam dunia pendidikan,
menempati posisi sentral (central position), karena manusia di samping
dipandang sebagai subjek sekaligus juga objek pendidikan. Sebagai subjek
manusia menentukan corak dan arah pendidikan, sedangkan sebagai objek, manusia menjadi
fokus perhatian segala aktivitas pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam makalah ini
penulis akan membahas tinjauan filosofis pengembagan sumberdaya manusia dalam
pendidikan Islam. Supaya tidak terjadi kesimpang siuran maka penulis rumuskan
permasalahan sebagai berikut , sebagai acuan dalam pembahasan
1.
Bagaimana
hakekat pengembangan sumber daya manusia ?
2.
Bagaimana
konsep fitrah dalam pendidikan Islam ?
3.
Bagaimana pandangan beberapa aliran filsafat pendidikan
Islam berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia ?
4.
Bagaimana
Implikasi konsep pengembangan sumber daya manusia tersebut dalam pendidikan
Islam ?
BAB II
TINJAUAN
FILOSUFIS
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.
Hakekat
pengembangan SDM dalam pendidikan Islam
Dalam perspektif pendidikan Islam,
pendidikan memainkan peran penting dalam upaya melahirkan manusia yang handal
dan dapat menjawab tantangan zaman. Sumber daya manusia merupakan gerakan human
investment.[1] Human
Invesment adalah upaya pendidikan jangka panjang untuk melahirkan sumber
daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia bukan merupakan persoalan yang
mudah karena membutuhkan pemikiran langkah aksi yang sistematik, sistemik, dan
serius. Karena berusaha memberikan konstruksi yang utuh tentang manusia dengan
mengembangkan seluruh potensi dasar manusia dan bagaimana aktifitasnya.
Hakekat pengembangan sumber daya
manusia dalam pendidikan Islam adalah usaha sadar agar sumber daya manusia atau potensi-potensi
manusia tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas tujuan
pendidikan Islam.
Potensi yang dimaksud mencakup
berbagai macam potensi diantaranya :
a.
Potensi akal
Manusia memiliki potensi akal yang
dapat menyusun konsep – konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan
gagasan. Dengan potensi ini manusia dapat melaksanakan tugas – tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi. Namun faktor subjektifitas manusia dapat mengarah pada
kesalahan dan kebenaran
b.
Potensi Ruh
Manusia tentu memiliki ruh. Sebagian
para ahli mengatakan bahwa ruh adalah nyawa sementara sebagian yang lain
memahami bahwa ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin.
Terlepas dari mana yang benar soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena
manusia Cuma sedikit ilmu pengetahuannya.
c. Potensi Qalbu
Qalbu
tidak dimaknai sekedar hati yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada
aktifitas rasa yang bolak – balik. Sesekali senang , sesekali susah , kadang
setuju, kadang menolak dan sebagainya
d. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki
potensi fitrah, fitrah bukan berarti sesuatu yang suci melainkan bawaan sejak
lahir.
e. Potensi Nafs
Dalam
bahasa Indonesia nafs diserap menjadi nafsu yang berarti dorongan yang kuat
untuk berbuat kurang baik. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya
dorongan berbuat buruk , tetapi juga berpotensi berbuuat baik dengan kata lain
berpotensi positif dan negatif. [2]
B. Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam
Dalam pandangan Islam kemampuan
dasar dan keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya atau pembawaan
disebut dengan fitrah, yang berasal dari kata فطر yang dalam
pengertian etimologi mengandung etimologi kejadian. Kata tersebut berasal dari
kata الفا طر
yang bentuk pluralnya fithar yang
dapat berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir, sifat watak
manusia, agama dan sunnah, pecahan atau belahan. [3]
Pengertian Fitrah dari segi istilah berarti sistem
aturan atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk sejak keberadaannya
baik ia makhluk manusia ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar manusia
cenderung kepada agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak
dan lain-lain.
Biasanya
kata fathara, khalaqa dan ansyaa digunakan dalam Al-Qur’an
untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuatu yang sebelumnya belum ada dan
masih merupakan pola dasar (blue print) yang perlu penyempurnaan. Apabila makna
fitrah dirujuk pada manusia maka makna fitrah memiliki berbagai
pengertian.
Dalam
surat Ar-Rum ayat 30, yang bermakna bahwa fitrah manusia yaitu potensi
manusia untuk beragama atau bertauhid kepada Allah. Dari ayat ini pula konsep fitrah mulai ditafsirkan menjadi konsep sesuai dengan
kemampuan dan latar belakang keilmuan serta kehidupan para mufassir. Diantara
para mufassir yang memberikan makna tentang fitrah dalam penafsirannya yaitu Fitrah
berarti suci, Fitrah Berarti Islam, Fitrah berarti Tauhid, Fitrah berarti Murni
(Ikhlas), Fitrah Berarti potensi manusia.
Bahkan
sebagian mengatakan iman bawaan telah diberikan kepada manusia semenjak lahir. Fitrah
adalah faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang dibawa sejak lahir dan
berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. Potensi dasar tersebut sacara
menyeluruh (integral) yang menggerakkan seluruh aspek-aspeknya secara
mekanistik yang mana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tujuan
tertentu.
Sedangkan
dalam tataran pendidikan Islam Konsep fitrah manusia dengan meninjau pola dasar
kejadian manusia dapat dijelaskan dengan meninjau berbagai sudut pandang :
- Hakekat wujud manusia,
- Tujuan penciptaannya,
- Sumber Daya Insani (SDM),
- Citra manusia dalam Islam
Pertama dari
hakekat wujudnya sebagai makhluk individu dan sosial dapat disimpulkan bahwa
menurut pandangan islam keberadaan pribadi seseorang adalah:
- Pribadi yang aktivistik karena tanpa aktivitas dalam masyarakat berarti adanya sama dengan tidak ada (wujuduhu ka ‘adamihi), artinya hanya dengan aktivitas, manusia baru diketahui bagaimana pribadinya.
- Pribadi yang bertanggung jawab secara luas, baik terhadap dirinya, terhadap lingkungannya, maupun terhadap Tuhan.
3. Dengan kesimpulan di atas menginplisitkan
adanya pandangan rekonstruksionisme (rekonstruksi sosial) dalam pendidikan
islam melalui individualisasi dan sosialisasi.[4]
Kedua berdasarkan Tujuan
Penciptaan, bahwa
1. Tujuan utama penciptaan manusia
ialah agar manusia beribadah kepada Allah. (Q.S. Az-Zahriyah: 56).
2. Manusia dicipta untuk diperankan
sebagai wakil Tuhan di muka bumi. (Q.S. Al-Baqarah: 30, Yunus 14, Al-An’am:
165).
3. Manusia dicipta untuk
membentuk masyarakat manusia yang saling kenal-mengenal, hormat menghormati dan
tolong-menolong antara satu dengan yang lain (Q.S. Al-Hujurat: 13), tujuan
penciptaan yang ketiga ini menegaskan perlunya tanggung jawab bersama dalam
menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai. Ketiga dari segi Sumber Daya Manusia bahwa Esensi SDM
yang membedakan dengan potensi-potensi yang diberikan kepada makhluk lainnya
dan memang sangat tinggi nilainya ialah “kebebasan” dan “hidayah Allah”, yang
sesungguhnya inheren dalam fitrah manusia.[5]
Keempat berdasarkan uraian tentang fitrah manusia ditinjau dari hakekat
wujudnya, tujuan penciptaannya dan sumber daya insaninya, tergambar secara
jelas bagaimana citra manusia menurut pandangan islam:
- Islam berwawasan optimistik tentang manusia dan sama menolak sama sekali anggapan pesimistik dari sementara filosof eksistensialis yang menganggap manusia sebagai makhluk yang terdampar dan terlantar dalam hidup dan harus bertanggung jawab sendiri sepenuhnya atas eksistensinya.
- Perjuangan hidup manusia bukan sekedar trial and error belaka tetapi sudah mempunyai arah dan tujuan hidup yang jelas dan yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana. Untuk mencapainya manuia telah diberi pedoman serta kemampuan, yakni akal dan agama.
- Manusia makhluk yang paling mampu bertanggung jawab karena dikaruniai seperangkat alat untuk dapat bertanggung jawab yaitu kebebasan berpikir berkehendak, dan berbuat.
Dalam
sudut pandang yang lain konsep fitrah
merupakan komponen dasar yang bersifat
dinamis, responsive terhadap pengaruh linkungan sekitar, termasuk pengaruh
pendidikan. Komponen- komponen dasar tersebut meliputi :
- Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (profesional) dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada kemampuan kopmisi (daya cipta), konasi (kehendak), dan emosi yang disebut dengan tri kotomi (tiga kekuatan kemampuan rohani manusia). Masing-masing kekuatan rohani berperan.
- Insting (ghorizah), adalah kemampuan berbuat atau bertingkah tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting tersebut merupakan pembawaan sejak lahir juga. Dalam psikologi pendidikan kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan melalui proses belajar. Semisal Melarikan diri karena perasaan takut, Menolak Karena jijik, Ingin tahu karena takjub sesuatu, Melawan karena kemarahan, Menonjolkan diri karena adanya harga diri
Dan masih
banyak lagi teori yang mengemukakan makna fitrah akan tetapi, jika fitrah
dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia tentu setiap individu
memiliki fitrah tersebut tinggal bagaimana setiap fitrah tersebut dikembangkan
secara optimal karena dalam perkembangannya faktor lingkungan, alam, geografis
dan sebagainya juga membantu dalam perkembangan fitrah manusia.
C.
Beberapa
Konsep Aliran Filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan Fitrah
1.
Konsep
Fatalis – Pasif
Setiap individu, melalui ketetapan Allah SWT adalah baik atau jahat secara
asal, baik ketetapan semacam ini terjadi
secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Faktor-faktor
eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap penentuan nasib seseorang karena
setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya oleh
Allah SWT.
2.
Konsep
Netral – Pasif
Beranggapan bahwa anak lahir dalam keadaan
suci, utuh dan sempurna, suatu keadaan kosong. Sama halnya dengan teori
tabularasa yang dikemukakan John Lock bahwa manusia lahir seperti kertas putih
tanpa ada sesuatu goresan apa pun. Manusia berpotensi berkarakter baik dan tidak
baik itu karena mendapat pengaruh dari luar terutama orang tua. Pengaruh baik
dan buruk tersebut akan terus mengiringi kehidupan setiap insan dan karakter
yang terbentuk tergantung mana yang dominan memberi pengaruh. Jika pengaruh
baik lebih dominan, maka seseorang akan berkarakter baik, begitu pula
sebaliknya apabila yang lebih dominan adalah pengaruh buruk, maka karakter yang
terbentuk karakter tidak baik.
3.
Konsep
Positif – Aktif
Bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir
adalah berkarakter baik, kuat dan aktif, sedangkan lingkunganlah yang
membelenggu manusia sehingga ia menjauh dari sifat bawaannya (aksidental).
4.
Konsep
Dualis – Aktif
Yakni manusia memiliki dua sifat ganda yang
sama kuatnya. Sifat baik dan buruk. Tergantung kedekatan manusia terhadap
lingkungan yang baik atau buruk. Jika ia dekat dengan teman yang
berkarakter baik, maka seseorang tersebut akan mengambil sifat baiknya, dan
sebaliknya. Penanaman kebiasaan positif amat penting untuk diupayakan sejak
kecil agar karakter atau sifat baik lebih kuat.[6] Dalam
pandangan ini manusia sejak awalnya
membawa sifat ganda. Di satu sisi cenderung
kepada kebaikan, dan di sisi lain
cenderung kepada kejahatan. Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari
struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan
dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu
kecenderungan untuk mengikuti Tuhan dan kecenderungan untuk tersesat.
Kebaikan yang ada
dalam diri manusia dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti
kenabian dan wahyu Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia
dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan.
D.
Implikasi
pengembangan SDM dalam pendidikan Islam
1.
Implikasi
hakekat Pengembangan SDM dalam
Pendidikan Islam
Pendidikan pada
dasarnya mengembangkan seluruh aspek pada peserta didik. Baik aspek afektif,
kongnitif maupun psikomotorik. Sumber daya manusia sebenarnya dimiliki setiap
individu sejak lahir. Maka kaitannya dengan pendidikan tentu pendidikan tinggal
sebagai sarana untuk memproses dan mengembangkan setiap sumber daya yang
dimilikinya dengan berbagai metode, kegiatan, pembelajaran, pembiasaan tentu
faktor lingkungan, pergaulan dan sebagainya yang termasuk dalam unsur
pendidikan Islam juga memiliki pengaruh dalam pengembangan sumber daya manusia dalam
setiap individu
2. Implikasi
konsep Fitrah Manusia Dalam Pendidikan
Islam
Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah dengan dibekali
beberapa potensi yakni potensi yang ada dalam jasmani dan rohani. Bekal yang
dimiliki manusia pun tidak hanya berupa asupan positif saja, karena dalam diri
manusia tercipta satu potensi yang diberi nama nafsu. Dan nafsu ini yang sering
membawa manusia lupa dan ingkar dengan fitrahnya sebagai hamba dan khalifah
Allah di bumi. Untuk itu manusia perlu mengembangkan potensi positif yang ada
dalam dirinya untuk membawa fitrah tersebut kaerah positif
Oleh
karena itu peran pendidik dalam hal ini orang tua dan guru sangat diperlukan untuk
mengarahkannya pada perilaku baik. peran orang tua
sangat besar terhadap pengembangan fitrah tersebut, karena orang tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam lingkungan keluarga, demikian halnya dengan guru memiliki peranan penting dalam mengarahkan fitrah manusia kearah yang baik.
sangat besar terhadap pengembangan fitrah tersebut, karena orang tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam lingkungan keluarga, demikian halnya dengan guru memiliki peranan penting dalam mengarahkan fitrah manusia kearah yang baik.
Pendidikan Islam dalam mengembangkan
fitrah manusia adalah dengan
menumbuhkembangkan fitrahnya menuju kearah pembentukan manusia
sempurna, dan menjadi hamba Allah SWT yang baik, karena tujuan pendidikan
Islam secara umum adalah membentuk manusia yang paripurna dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar menjadi hamba yang bertaqwa.
menumbuhkembangkan fitrahnya menuju kearah pembentukan manusia
sempurna, dan menjadi hamba Allah SWT yang baik, karena tujuan pendidikan
Islam secara umum adalah membentuk manusia yang paripurna dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar menjadi hamba yang bertaqwa.
Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani
dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan
fitrah manusia. Sebagai makhluk pilihan Allah manusia mengemban tugas ganda,
yaitu sebagai khalifäh Allah dan Abdullah (Abdi Allah). Untuk
mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan sejumlah
potensi didalam dirinya (sumber daya manusia). Potensi-potensi tersebut dimiliki
manusia sejak dilahirkan maka pendidikan Islam bertugas untuk mengembangkan
masing-masing pribadi manusia sebagai karunia Tuhan. Potensi tersebut merupakan
potensi mental-spiritual dan fisik yang diciptakan Tuhan sebagai fitrah yang
tidak bisa diubah atau dihapuskan oleh siapapun, akan tetapi dapat diarahkan
perkembangannya dalam proses pendidikan sampai titik optimal yang berakhir pada
takdir Tuhan. Proses pendidikan Islam secara bertahap dari waktu ke waktu akan
mengembangkan fitrah manusia. Oleh karena, itu pendidikan mutlak diperlukan
untuk mengembangkan fitrah tersebut secara optimal
3.
Implikasi
Aliran Filsafat berkaitan dengan SDM dalam pendidikan Islam
a.
Implikasi
fatalis – pasif
Menurut pandangan penulis implikasinya kalau tidak diberikan
penjelasan yang tepat maka akan bermakna negatif. karena adanya kecenderungan
atau anggapan bahwa peserta didik seakan pasrah, karena baik , pintar , bodoh
tidak ditentukan oleh pendidikan melainkan ketetapan yang ditetapkan oleh Allah
sejak ia lahir. Akan tetapi jika setiap
individu menyadari implikasinya dalam pendidikan ialah penyiapan sumber-sumber belajar
sedemikian rupa agar perkembangan bawaan itu optimal.
b.
Implikasi
konsep netral – pasif , positif – aktif
dan dualis – aktif
Pendidikan Islam secara konsep tentu
baik , dan hendak menjadikan manusia sempurna dari segala aspek berdasarkan
potensi sumberdaya manusia yang dimiliki. Akan tetapi pada prosesnya pendidikan
tentu bersinggungan dengan berbagai pihak dari situ pula peserta didik akan
terkena pengaruh tergantung setiap individunya pengaruh positif atau negatif
yang banyak masuk pada pribadinya. Hal ini relevan dengan ketiga konsep di
atas. Maka dalam pendidikan Islam perlu antisipasi untuk meluruskan dan
mencapai tujuannya dengan berbagai metode dan pembiasaan dan berbagai cara yang
mendidik untuk mengoptimalkan dan tercapainya tujuan pendidikan Islam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
berbagai pemaparan di atas kiranya dapat penulis simpulkan
1.
Pada
hakekatnya setiap manusia sejak ia lahir telah mempunyai sumberdaya (potensi –
Potensi). Tinggal bagaimana sumberdaya yang dimilikinya tersebut dikembangkan
bisa melalui pendidikan, lingkungan, pergaulan dan sebagainya. Yang pada
dasarnya filter (penyaringnya) adalah setiap individunya untuk pengembangan ke
arah yang positif atau negatif
2.
Secara
fitrah manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dibanding dengan
makhluk yang lain. Secara fitrah juga manusia sebenarnya oleh Allah telah
diberikan bekal sejak ia dilahirkan. Akan tetapi manusia dilahirkan bukan
berarti bisa di bentuk oleh orang lain
melainkan setiap individunya sejak lahir sudah diberi bekal untuk dikembangkan
termasuk sumber daya manusia.
3.
Berkaitan
dengan Aliran filsafat yang berkaitan dengan sumber daya manusia terdapat
beberapa konsep Aliran diantaranya fatalis – pasif, netral – pasif , positif – aktif dan dualis – aktif
4.
Implikasi
pengembangan sumber daya manusia dalam pendidikan Islam yaitu dengan berbagai
metode dan Pembiasaan yang pada intinya bagaimana pendidikan Islam
mengembangkan untuk menuju pada Insan Kamil dan berproses serta mengembangkan
setiap sumberdaya manusia yang telah dimilikinya sejak ia dilahirkan.
B.
Kritik
dan Saran
Demikian makalah ini kami susun, tentu penulis menyadari dengan
seppenuhnya masihh jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari semua pihak
yang membangun dan untuk suatu perbaikan ke arah yang lebih baik tentu selalu
penulis harapkan. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
[1]
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid
terhadap Pendidikan Islam Tradisional, ( Jakarta : Ciputat Press, 2002),
hlm.152.
[3] http://theodava.blogspot.com.
[4]
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung :
al-Ma’arif Cet.III, 1974,), hlm. 20.
[6]
Maragustam
siregar, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (falsafah pendidikan
Islam), (yogyakarya : Nuha Litera,2010), hlm 191.
0 komentar:
Post a Comment