Saling Belajar dan Berbagi

Wednesday, 27 March 2013

PENGEMBANGAN IPTEK DALAM ISLAM

PERSEPEKTIF DAN PERAN ISLAM DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK)

BAB 1
 PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek kehidupan. Segalanya telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT. Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi. Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan teratur, baik, dan bermanfaat.
Aspek yang cukup diperhatikan dalam Islam adalah pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits: Rasulullah saw bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)." (HR. Ibnu Majah).
Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi. Sampai sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah berkembang pesat. Kemajuan IPTEK itu sendiri didominasi kuat oleh peradaban orang Barat. Sedangkan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara berkembang. Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman dahulu, ini merupakan suati kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEK itu sendiri, IPTEK ternyata juga memberikan dampak buruk kepada para penggunanya, seperti pengaksesan situs porno di internet, perjudian, dan kecurangan. Di sinilah peran agama Islam untuk meluruskannya. Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam itu sendiri terhadap perkembangan IPTEK.

B.       Rumusan Masalah
Sebagai batasan pembahasan dalam penyusunan Paper ini penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana persepektif Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ?
2.      Bagaimana peran Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ?




BAB II
Persepektif dan Peran Islam dalam Perkembangan IPTEK

A.      Pengertian Iptek
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah.  Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science.[1]
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.  Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.[2]
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan

B.       Persepektif Islam Tentang Iptek
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat, kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau  krisis multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau, sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena  Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang  bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf  dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an[3]
1.    Ilmu pengetahuan dan teknologi  dalam al-Qur`an
Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.  Sebagaimana firman Allah berikut ini:
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Artinya:    “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya:     “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)
 وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)
Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
a.    Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah
Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql.
Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20 :
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ   n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ   n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ   n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ
Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”
(QS. Al-Ghasiyah: 17-20)
Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
`ÏBur Èe@à2 >äóÓx« $oYø)n=yz Èû÷üy`÷ry ÷/ä3ª=yès9 tbr㍩.xs? ÇÍÒÈ         
Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamumengingat kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)
z`»ysö6ß Ï%©!$# t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=à2 $£JÏB àMÎ7/Yè? ÞÚöF{$# ô`ÏBur óOÎgÅ¡àÿRr& $£JÏBur Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÏÈ  
Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)
Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap. 
b.    Al-Quran Sebagai Prediktor
Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:
ظَهَرَ الْفَسَادَ فِي اْلبَرِّّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)
tA$s% tbqããu÷s? yìö7y tûüÏZÅ $\/r&yŠ $yJsù ôM?|Áym çnrâxsù Îû ÿ¾Ï&Î#ç7.^ß žwÎ) WxÎ=s% $£JÏiB tbqè=ä.ù's? ÇÍÐÈ   §NèO ÎAù'tƒ .`ÏB Ï÷èt/ y7Ï9ºsŒ Óìö7y ׊#yÏ© z`ù=ä.ù'tƒ $tB ÷LäêøB£s% £`çlm; žwÎ) WxÎ=s% $£JÏiB tbqãYÅÁøtéB ÇÍÑÈ  
Artinya:    "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
(QS. Yusuf: 47-48)
c.    Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi
Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini:
uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ  
Artinya  Hai sekumpulan Jin dan Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى اْلأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
Artinya:     Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik
 (QS. As Syu’ara: 7)
Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 

d.   Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain). Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih. 
Perhatikan firman Allah berikut ini:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ اْلأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَاْلأَنْعَامُ حَتىَّ إِذَا أَخَذَتِ اْلأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنْهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيْدًا كَأَنْ لَّمْ تَغْنَ بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya:     Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah Sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)
e.    Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek
Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:
وَابْتَغِ فِيْمَا آَتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ 
Artinya:     Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi. 
Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa jagad raya ini.  
Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan.  Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.
2.    Perintah mempelajari Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Islam agama yang syamil, kamil dan mutakamil (menyeluruh, sempurna dan menyempurnakan). Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah vertikal saja, namun seluruh aspek kehidupan, termasuk diantaranya mempelajari Iptek.  
Al-Qur`an diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah tidak hanya memerintahkan untuk sekedar dibaca, sesuai dengan wahyu yang pertama diturunkan, tetapi mengandung maksud lebih dari itu yaitu menghendaki seluruh umatnya membaca, menggali, mendalami, meneliti apa saja yang ada di alam semesta ini dan mengambil manfaat untuk kehidupan manusia dengan mengetahui ciri-ciri sesuatu seperti: bencana alam, tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga dapat menghadapi tantangan dan menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern yang diterapkan dalam segala aspek kehidupan.
Proses kehidupan manusia itu selalu mengalami perkembangan yang pesat dari awal terbentuknya manusia, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai tua dan alam semesta ini dibuat Allah tidak sia-sia, tetapi ada hikmah didalamnya agar manusia dapat mempelajari iptek, sesuai dalam QS. 3: 190-191 yang memiliki arti “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Dalam ayat ini mengandung maksud perintah untuk mempelajari iptek karena manusia telah dipilih sebagai makhluk yang memiliki kemampuan dan derajat tinggi, antara lain :
a.         Manusia diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran dengan membaca, belajar dan meneliti alam semesta
b.         Manusia dijadikan khalifah di muka bumi, dibuktikan dengan Allah SWT memilih nabi Adam sebagai pemimpin dibandingkan makhluk yang lain
c.         Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi dunia akhirat
d.        Manusia diperintahkan menjadi profesional terhadap bidang ilmu yang dimiliki.

C.       Peran Islam dalam perkembangan Iptek
Peran Islam dalam perkembangan Iptek sitidaknya ada dua yaitu
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.[4]
Hal hal yang berkaitan peran Islam dalam perkembangan IPTEK
1.    Paradigma Hubungan Agama-Iptek
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan uqubat/sistem pidana. Bagaimana hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat  3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-dinan al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx yang ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan : Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994: 112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000: 110).
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (Qs. sl-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash, 1995: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu  Firman Allah SWT : Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (QS. AN-Nisaa` [4]: 126). Alam ayat lain disebutkan : Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Qs. ath-Thalaq [65]: 12).
2.      Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.

3.      Syariah Islam Standar Pemanfaatan Iptek
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]: 65). ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3). [528] Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.













BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan :
1.    Pengertian Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.
2.    Persepektif Islam tentang teknologi, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena  Islam bukan agama yang sempit. Manusialah yang  bertanggung jawab atas penggunaan produk teknologi, bermanfaatkah atau sebaliknya mendatangkan dosa dan malapetaka bila tidak dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai dengan dasar al-Qur`an yang memberi motivasi bagi manusia dalam menggunakan akal pikirannya sehingga tercipta teknologi yang canggih, yang meliputi :
a.    Al-Qur`an sebagai produk wujud Iptek Allah
b.    Al-Qur`an sebagai prediktor
c.    Al-Qur`an sebagai sumber motivasi
d.   Al-Qur`an dan simplikasi
e.    Al-Qur`an sumber etika pengembangan Iptek.
3.    Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat  yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT : Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-A’raaf [7]: 96).

B.     Kritik dan Saran
Demikian Paper yang kami sampaikan penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa jauh dari kesempurnaan untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca selalu kami harapkan demi sebuah perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhirnya semoga paper ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.




























DAFFTAR RUJUKAN




[1] http://makalah-ikel-online.blogspot.com diakses pada hari Rabu 06/02/2013 waktu pukul 14.05 wib
[3] http://imranisasi.blogspot.com/2012/11/islam-dan-perkembangan-iptek-artikel.html diakses  hari kamis 07/02/2013 waktu pukul 18.30 wib

[4] M. Shiddiq al-Jawi, Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, http://dyuliastuti.blogspot.com diakses hari jumat 08/02/2013 waktu pukul 03.00 wib

2 comments: